Sore itu hujan begitu deras…
Aku duduk sambil sesekali melirik jam ditanganku,
sudah 2 jam lebih aku diterminal bungurasih surabaya, namun belum terlihat dia turun dari salah satu bus yang arah dari mojokerto, mungkin hujan yang deras sehingga sopir bus memelankan jalan busnya, pikirku….
“Besok kujemput yah di terminal surabaya”
“Gak usah dech…aku bisa kok berangkat sendiri kemalang”
“Gak apa-apa kok”
“Kamu gak capek dari malang kesurabaya trus kemalang lagi?”
“Sudahlah…kita ketemu besok deh…jam tiga aku udah diterminal bungurasih..ok”
“Yach sudah sampai ketemu besok yach…dada…”
Tut…tut…tut
Sekarang aku diterminal Bungurasih Surabaya. Menunggu!
Derasnya hujan menenggelamkan suara hiruk pikuk suasana aktivitas terminal. Bergantian pengemis mendatangiku sambil menyodorkan telapak tengannya dan kusambutdengan memberikan beberapa uang receh.
“Maaf…bus jalannya lambat. Udah lama yah nunggu?” ujarnya sembari duduk disampingku dan mendekap tas bawaannya karena sore itu hawa terminal cukup dingin karena hujan.
“Ah..gak apa-apa kok…cuman kayaknya entar lagi saya bisa lumutan disini”, aku mencoba sedikit bergurau walau kutahu gurauanku cukup garing…
“berangkat yuk?” Sambil kuraih tas yang dirangkulnya
“kemana” ucapnya berlagak bingung..lalu tersenyum manja
“ples jangan senyum gitu..mengganggu pemandangan”
“pemandangan atau hati? ujarnya sembari merangkul tanganku lalu kami berjalan menuju antrian bus arah malang
Hujan kembali turun, kali ini hanya rintik-rintik.
perlahan bus yang kami tumpangi meninggalkan kota Surabaya menuju kota Malang.
“Gimana kabar keluargamu?” ucapku sambil menawarkan permen
“Baik…hanya saja aku bosan dirumah, aku kangen terus suasana malang”, timpalnya
“Kangen malang atau kengen seseorang?” balasku menggoda
“Yee…siapa juga yang harus kukangeni di Malang….paling teman-teman kostku”
“Ah..yang bener?” godaku kembali
“Loh kok maksa…”
“Hahahaha”
Percakapan kami sore itu begitu hangat, hujan yang mulai turun deras seakan hilang terbawa hangatnya tawa dan ledekan kami berdua
Suasan hening sejenak….
“Ada yang perlu keperlihatkan kepadamu…” ucapnya membelah keheningan
”Apa?” Timpalku
Sambil menyodorkan Hp kepadaku…
”coba baca tulisan ini”
Perasaan senang dan galau bercampur setelah baris demi baris kalimat ungkapan perasaaan simpatik dan cintanya kepadaku kubaca.
“Benarkah ini?” Tanyaku penuh ragu
Ia mengganguk…
”Boleh kuceritakan apa yang selama ini kusembunyikan darimu?
“Aku sudah siap mendengarnya”. Timpalnya
“Sejak dua tahun yang lalu perasaan simpatikku kepadamu telah tumbuh, namun kutahu kamu gak sendiri lagi sampai saat ini, jadi dengan segala daya yang kupunya kuterus berusaha agar rasa ini gak muncul kepermukaan, aku takut terluka, aku gak ingin merusak suasan pertemanan kita, namun kusadari aku juga manusia, rasa ini terus membebaniku, yah…aku mencintaimu sejak dua tahun yang lalu, itulah kenyataannya.
”
Aku terus mengungkapkan segala perasaan yang kupendam, cintaku yang tersimpan rapat didek hatiku yang paling dalam dan tetap kunikmati dalam hayal, akhirnya meledak bagai bom waktu. Harapan dan kasih sayang yang sudah lama tersimpan dalam bongkahan hati menyembur keluar berbarengan dengan asa untuk hidup bersama selamanya. Keseringan bersama saat mengurus skripsi menjadi pemicu segala yang terpendam didasar lautan hati naik kepermukaan tanpa dapat terhalang oleh medan gravitasi otak yang selalu menjaga dan menarik posisi cinta untuk tetap tenang dan damai didasar hati. …
Pertemuan kali ini mengubah segala pendirianku tentangnya, Sore itu kami telah mengucapkan kata cinta yang telah lama terpendam dan berawal dari sere itupun kuberusaha meyakinkan haitinya pabila dia menyayangiku dengan tulus kuharap hanya akulah yang ada dihatinya, berawal dari sore itupun aku harus rela menunggu keputusannya menempatkan posisiku sebagai seorang saja dihatinya. Hari terus berlanjut walau tanpa ada keputusan dia telah meninggalkan kekasihnya yang dulu namun kutetap meyankan diri bahwa benar akulah yang ada dihatinya. Bulan terus berganti, kemesraan terus tercipta. Hingga pada suatu sore yang beranjak gelap
“Kak prinsip kita telah berbeda” ucapnya lirih disuatu senja dilesehan pinggir jalan kota mojokerto. Kampung halamannya
“maksudmu” timpalku
“Aku ingin konsen kekarir” ujarnya
aku diam sejenak. Bingung
“apakah aku jadi penghalang”
suasana menjadi hening
“tidak…tapi ..bukan hanya itu”
“trus apa?” nadaku mulai meninggi
“maafkan saya kak…saya sayang kamu, tapi aku gak tahu harus gimana”
“iya dek…aku tahu posisiku….dia…ah..knapa dek?” nadaku bingung
“aku akan mencoba menemai kakak sampai sukses” ucapnya pelan tapi jelas kesungguhan hatinya.
“Suksek apa?”
“kejar karirmu kak” balasnya spontan
yah..genap 5 bulan kami bersama telah meraih predikat S.Sos. Lamaran kerjaan yang kukirim belum ada tanggapan, sementara dia telah mendapatkan kesibukan baru diruang kerjanya,
suasana menjadi hening
“kak..hidup bersama tidak cukup dengan bermodalkan cinta dan sayang”. Ujarnya kembali memecah keheningan
“iya aku tahu aku masih nganggur, namun aku ingin sembari karir yang terus kukejar dapat beriringan dengan usahaku untuk tetap menjaga cinta dan sayangku padamu.”
“Gak bisa kak..disitulah perbedaan kita, aku ingin konsen kekarir, aku harap kamupun demikian, buktikan dulu kita dapat hidup bersama yang bukan hanya bermodalkan sayang dan cinta.”
“Dek..kesuksesanku akan bermakna bila kamu tetap disampingku, aku butuh semangat darimu” ucapku dengan nada penuh harap”.
“maafkan saya kak”
“setelah apa yang kita jalani?” timpalku
“kak..maklumi inginku dan keadaan hatiku saat ini..dia lebih memiliki cinta yang sesungguhnya dibanding cintaku padanya dan cintamu padaku”
Entah telah berapa kali aku berharap kepadanya agar kudapat menjadi seorang saja yang ada dihatinya, namun semuanya berakhir dengan penuh tanya jawab dihatiku. Kenapa semua harus terlewati dengan indah pabila kutetap diposisi yang kedua dihatinya? Kenapa kuseakan menjadi penghalang karirnya?, dan kenapa juga kumasih tetap menyayanginya?. Akupun ingin mendapingi meraih ingin yang yang didambakankanya…Aku ingin kesuksesan dikarirku yang selalu didengunkannya dapat kuraih seiring dia disisiku yang terus memberi cinta dan dukungan ….entahlah…seharusnya dunia ini begitu indah.
“Sudahlah kak…lupakan kata-kataku tadi. biarkan waktu mengalir…aku masih berharap kita tetap keep and touch…kita jalani aja lagi seperti biasa”. ujarnya membelah kebingungangnku
“Baiklah kalau begitu… .yang penting kamu tahu, aku sayang kamu, harapanku besar untuk hidup denganmu dan akan kubuktikan”. Tegasku…sembari kukenakan kembali jaketku lalu menghampiri sepeda motorku.
“Hati-hati di jalan kak..langsung kemalang atau kesurabaya?” Ujarnya datar
“Iya…langsung kemalang,” ucapku sembari menaiki sepeda motor.
Tatapan yang terpancar dari raut wajahnya kali ini sungguh sangat berbeda, ada sesuatu yang terlukis dan kutakut nuraniku berkata benar bahwa akan memakan waktu lama untukku bertemu lagi dengannya
“Tega…bener”
“Lama-lama kubisa gila kalau begini”
“Ada apa dengannya….?”
“Setidaknya dia bisa mengabariku lewat telepon rumah…”
“Dia bisa mengatakan sebaiknya aku gak menghubunginya lagi!!!”
“Aku butuh kepastian apakah memang harapanku sudah harus kuhilangkan”
Sudah tujuh hari gak ada kabar darinya..pesan-pesan singkat nanyain kabarnya yang kukirim lewat HP gak ada balasan, kucoba menelpon namun gak diangkat…
“Dek…ad ap? Kl bner ingn ak pergi dari kehidpnmu?jng buat aq membencimu, kita bisa bicarakan baik2. ples djwb wlau ini mgkn yg trkhr”. Pesan terkirim…
Tiga…lima…lima belas menit berlalu akhirnya kudengar Hpku berdering isyarat ada sms yang masuk
“Maaf kak akhir2 ini q sibuk, krjaan dikntor mnumpuk, pulsaqpn hbs, bsok q ksurby,ad kerjaan dikntr yg disby.temui q slepas kerja.g usah dbls..aku sibuk.
Busyet…”makiku dalam hati
setelah sepekan aku mencoba menanyakan kabar, balasan sms yang kuterima sangatlah tidak wajar, hanya alasan kesibukan kerja dan gak ada pulsa dia gak membalas smsku. Walau cukup banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan, namun ada baiknya kumenunggu hari esok, yah..kutetap menghormati inginnya agar aku gak usah membalas smsnya.
“Maaf…udah lama nunggu yah”?. Ucapnya sambil memegang pundakku dari belakang
Aku kaget, aku baru sadar aku tadi sempat melamun
“Ah..gak apa-apa kok…”cuman kayaknya entar lagi saya bisa lumutan disini, spontan aku menjawabnya
“Haha kayaknya pernah dengar tuh kalimat…”ujarnya sambil naik keatas motor.
“Makan yuk…aku laper banget, tadi ada pertemuan tapi gak dapat jatah makan, habis makan tolong anter aku yah pulang kerumha, aku harus cepat pulang malam ini, besok aku ada job baru ngasih les komputer, yah itung-itung daripada gak ada kerjaan hari minggu”
“Aneh juga kamu dek. “ Gerutuku dalam hati
Sepekan aku menunggu kabarnya, sepekan aku memanti kepastian, namun sore ini sikapnya seakan hubungan kita tetap baik-baik saja.
“Aku yang bayar yah?” Sambil merogoh dompet
“Tidak…sekarang giliranku yang bayar…”
sambil mengeluarkan uang lima puluh dan langsung menyodorkan kekasir.
Suasana makan malam saat itu begitu hening, waktu seakan cepat berlalu tanpa ada omongan pembahasan mengapa dia tega melupakanku selama sepekan.
“Bisa kan anter aku malam ini kemojokerto?” Kalau gak bisa aku naik bus aja. Ujarnya saat kami sudah dalam perjalanan meninggalkan warung.
“Dek…bisa tidak malam ini kamu luangkan waktu bersamaku? Banyak yang perlu kutanyakan kepadamu?” Ucapku penuh harap
“Maaf kak…besok pagi aku harus kerumah mbah…trus siangnya aku ada job ngasih les computer”. Balasnya datar
“Malam ini aja?..aku pengen tahu keberadaan hatimu yang sesungguhnya untuk yang terakhir kali?”
“Gak bisa kak…maaf aku harus pulang cepat!!. Besok-sesok kan masih ada waktu”. Nadanya mulai meniinggi
“kamu kenapa dek? Tolong bilang apa yang terjadi, ada apa?apa sudah saatnya saya melupakanmu?” Aku beruasaha mengatur nada bicaraku.
“Gak ada apa-apa!! Aneh dech…”
“Ples…luangkan waktu untuk kita ngobrol malam ini dek.”
“Udah ah…tolong perhatikan jalan didepan, pokoknya aku gak bisa, malam ini aku mau istirahat..”
Sepanjang perjalanan, aku terus memohon, dan berharap keinginanku dapat terpenuhi, banyak pertanyaan yang sudah tersimpan diotakku dan malam ini harus aku tahu jawabannya. Namun kekerasaan hatinya membuatku untuk kesekian kali kuharus mengalah mengikuti inginnya.
Satu jam roda motor telah berputar, tak terasa kamipun telah berada didepan sebuah rumah bercat putih, tenang dan sunyi…menggambarkan orang-orang didalam rumah telah terlelap. Namun bagiku malam ini saatnya aku bangun dari tidur lelapku, bangun dari mimpi-mimpi untuk suatu harapan dapat hidup dengannya. Bangun dari kenyataan bahwa kubukanlah yang terabaik untuknya. Ada seorang lelaki yang telah lama menjadi tambatan hatinya yang sudah dapat membahagiakannya. Yah..terkadang hasil dari urusan mengejar dunia lebih dapat dipercaya menciptakan kebahagiaan hidup.
Aku duduk sambil sesekali melirik jam ditanganku,
sudah 2 jam lebih aku diterminal bungurasih surabaya, namun belum terlihat dia turun dari salah satu bus yang arah dari mojokerto, mungkin hujan yang deras sehingga sopir bus memelankan jalan busnya, pikirku….
“Besok kujemput yah di terminal surabaya”
“Gak usah dech…aku bisa kok berangkat sendiri kemalang”
“Gak apa-apa kok”
“Kamu gak capek dari malang kesurabaya trus kemalang lagi?”
“Sudahlah…kita ketemu besok deh…jam tiga aku udah diterminal bungurasih..ok”
“Yach sudah sampai ketemu besok yach…dada…”
Tut…tut…tut
Sekarang aku diterminal Bungurasih Surabaya. Menunggu!
Derasnya hujan menenggelamkan suara hiruk pikuk suasana aktivitas terminal. Bergantian pengemis mendatangiku sambil menyodorkan telapak tengannya dan kusambutdengan memberikan beberapa uang receh.
“Maaf…bus jalannya lambat. Udah lama yah nunggu?” ujarnya sembari duduk disampingku dan mendekap tas bawaannya karena sore itu hawa terminal cukup dingin karena hujan.
“Ah..gak apa-apa kok…cuman kayaknya entar lagi saya bisa lumutan disini”, aku mencoba sedikit bergurau walau kutahu gurauanku cukup garing…
“berangkat yuk?” Sambil kuraih tas yang dirangkulnya
“kemana” ucapnya berlagak bingung..lalu tersenyum manja
“ples jangan senyum gitu..mengganggu pemandangan”
“pemandangan atau hati? ujarnya sembari merangkul tanganku lalu kami berjalan menuju antrian bus arah malang
Hujan kembali turun, kali ini hanya rintik-rintik.
perlahan bus yang kami tumpangi meninggalkan kota Surabaya menuju kota Malang.
“Gimana kabar keluargamu?” ucapku sambil menawarkan permen
“Baik…hanya saja aku bosan dirumah, aku kangen terus suasana malang”, timpalnya
“Kangen malang atau kengen seseorang?” balasku menggoda
“Yee…siapa juga yang harus kukangeni di Malang….paling teman-teman kostku”
“Ah..yang bener?” godaku kembali
“Loh kok maksa…”
“Hahahaha”
Percakapan kami sore itu begitu hangat, hujan yang mulai turun deras seakan hilang terbawa hangatnya tawa dan ledekan kami berdua
Suasan hening sejenak….
“Ada yang perlu keperlihatkan kepadamu…” ucapnya membelah keheningan
”Apa?” Timpalku
Sambil menyodorkan Hp kepadaku…
”coba baca tulisan ini”
Perasaan senang dan galau bercampur setelah baris demi baris kalimat ungkapan perasaaan simpatik dan cintanya kepadaku kubaca.
“Benarkah ini?” Tanyaku penuh ragu
Ia mengganguk…
”Boleh kuceritakan apa yang selama ini kusembunyikan darimu?
“Aku sudah siap mendengarnya”. Timpalnya
“Sejak dua tahun yang lalu perasaan simpatikku kepadamu telah tumbuh, namun kutahu kamu gak sendiri lagi sampai saat ini, jadi dengan segala daya yang kupunya kuterus berusaha agar rasa ini gak muncul kepermukaan, aku takut terluka, aku gak ingin merusak suasan pertemanan kita, namun kusadari aku juga manusia, rasa ini terus membebaniku, yah…aku mencintaimu sejak dua tahun yang lalu, itulah kenyataannya.
”
Aku terus mengungkapkan segala perasaan yang kupendam, cintaku yang tersimpan rapat didek hatiku yang paling dalam dan tetap kunikmati dalam hayal, akhirnya meledak bagai bom waktu. Harapan dan kasih sayang yang sudah lama tersimpan dalam bongkahan hati menyembur keluar berbarengan dengan asa untuk hidup bersama selamanya. Keseringan bersama saat mengurus skripsi menjadi pemicu segala yang terpendam didasar lautan hati naik kepermukaan tanpa dapat terhalang oleh medan gravitasi otak yang selalu menjaga dan menarik posisi cinta untuk tetap tenang dan damai didasar hati. …
Pertemuan kali ini mengubah segala pendirianku tentangnya, Sore itu kami telah mengucapkan kata cinta yang telah lama terpendam dan berawal dari sere itupun kuberusaha meyakinkan haitinya pabila dia menyayangiku dengan tulus kuharap hanya akulah yang ada dihatinya, berawal dari sore itupun aku harus rela menunggu keputusannya menempatkan posisiku sebagai seorang saja dihatinya. Hari terus berlanjut walau tanpa ada keputusan dia telah meninggalkan kekasihnya yang dulu namun kutetap meyankan diri bahwa benar akulah yang ada dihatinya. Bulan terus berganti, kemesraan terus tercipta. Hingga pada suatu sore yang beranjak gelap
“Kak prinsip kita telah berbeda” ucapnya lirih disuatu senja dilesehan pinggir jalan kota mojokerto. Kampung halamannya
“maksudmu” timpalku
“Aku ingin konsen kekarir” ujarnya
aku diam sejenak. Bingung
“apakah aku jadi penghalang”
suasana menjadi hening
“tidak…tapi ..bukan hanya itu”
“trus apa?” nadaku mulai meninggi
“maafkan saya kak…saya sayang kamu, tapi aku gak tahu harus gimana”
“iya dek…aku tahu posisiku….dia…ah..knapa dek?” nadaku bingung
“aku akan mencoba menemai kakak sampai sukses” ucapnya pelan tapi jelas kesungguhan hatinya.
“Suksek apa?”
“kejar karirmu kak” balasnya spontan
yah..genap 5 bulan kami bersama telah meraih predikat S.Sos. Lamaran kerjaan yang kukirim belum ada tanggapan, sementara dia telah mendapatkan kesibukan baru diruang kerjanya,
suasana menjadi hening
“kak..hidup bersama tidak cukup dengan bermodalkan cinta dan sayang”. Ujarnya kembali memecah keheningan
“iya aku tahu aku masih nganggur, namun aku ingin sembari karir yang terus kukejar dapat beriringan dengan usahaku untuk tetap menjaga cinta dan sayangku padamu.”
“Gak bisa kak..disitulah perbedaan kita, aku ingin konsen kekarir, aku harap kamupun demikian, buktikan dulu kita dapat hidup bersama yang bukan hanya bermodalkan sayang dan cinta.”
“Dek..kesuksesanku akan bermakna bila kamu tetap disampingku, aku butuh semangat darimu” ucapku dengan nada penuh harap”.
“maafkan saya kak”
“setelah apa yang kita jalani?” timpalku
“kak..maklumi inginku dan keadaan hatiku saat ini..dia lebih memiliki cinta yang sesungguhnya dibanding cintaku padanya dan cintamu padaku”
Entah telah berapa kali aku berharap kepadanya agar kudapat menjadi seorang saja yang ada dihatinya, namun semuanya berakhir dengan penuh tanya jawab dihatiku. Kenapa semua harus terlewati dengan indah pabila kutetap diposisi yang kedua dihatinya? Kenapa kuseakan menjadi penghalang karirnya?, dan kenapa juga kumasih tetap menyayanginya?. Akupun ingin mendapingi meraih ingin yang yang didambakankanya…Aku ingin kesuksesan dikarirku yang selalu didengunkannya dapat kuraih seiring dia disisiku yang terus memberi cinta dan dukungan ….entahlah…seharusnya dunia ini begitu indah.
“Sudahlah kak…lupakan kata-kataku tadi. biarkan waktu mengalir…aku masih berharap kita tetap keep and touch…kita jalani aja lagi seperti biasa”. ujarnya membelah kebingungangnku
“Baiklah kalau begitu… .yang penting kamu tahu, aku sayang kamu, harapanku besar untuk hidup denganmu dan akan kubuktikan”. Tegasku…sembari kukenakan kembali jaketku lalu menghampiri sepeda motorku.
“Hati-hati di jalan kak..langsung kemalang atau kesurabaya?” Ujarnya datar
“Iya…langsung kemalang,” ucapku sembari menaiki sepeda motor.
Tatapan yang terpancar dari raut wajahnya kali ini sungguh sangat berbeda, ada sesuatu yang terlukis dan kutakut nuraniku berkata benar bahwa akan memakan waktu lama untukku bertemu lagi dengannya
“Tega…bener”
“Lama-lama kubisa gila kalau begini”
“Ada apa dengannya….?”
“Setidaknya dia bisa mengabariku lewat telepon rumah…”
“Dia bisa mengatakan sebaiknya aku gak menghubunginya lagi!!!”
“Aku butuh kepastian apakah memang harapanku sudah harus kuhilangkan”
Sudah tujuh hari gak ada kabar darinya..pesan-pesan singkat nanyain kabarnya yang kukirim lewat HP gak ada balasan, kucoba menelpon namun gak diangkat…
“Dek…ad ap? Kl bner ingn ak pergi dari kehidpnmu?jng buat aq membencimu, kita bisa bicarakan baik2. ples djwb wlau ini mgkn yg trkhr”. Pesan terkirim…
Tiga…lima…lima belas menit berlalu akhirnya kudengar Hpku berdering isyarat ada sms yang masuk
“Maaf kak akhir2 ini q sibuk, krjaan dikntor mnumpuk, pulsaqpn hbs, bsok q ksurby,ad kerjaan dikntr yg disby.temui q slepas kerja.g usah dbls..aku sibuk.
Busyet…”makiku dalam hati
setelah sepekan aku mencoba menanyakan kabar, balasan sms yang kuterima sangatlah tidak wajar, hanya alasan kesibukan kerja dan gak ada pulsa dia gak membalas smsku. Walau cukup banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan, namun ada baiknya kumenunggu hari esok, yah..kutetap menghormati inginnya agar aku gak usah membalas smsnya.
“Maaf…udah lama nunggu yah”?. Ucapnya sambil memegang pundakku dari belakang
Aku kaget, aku baru sadar aku tadi sempat melamun
“Ah..gak apa-apa kok…”cuman kayaknya entar lagi saya bisa lumutan disini, spontan aku menjawabnya
“Haha kayaknya pernah dengar tuh kalimat…”ujarnya sambil naik keatas motor.
“Makan yuk…aku laper banget, tadi ada pertemuan tapi gak dapat jatah makan, habis makan tolong anter aku yah pulang kerumha, aku harus cepat pulang malam ini, besok aku ada job baru ngasih les komputer, yah itung-itung daripada gak ada kerjaan hari minggu”
“Aneh juga kamu dek. “ Gerutuku dalam hati
Sepekan aku menunggu kabarnya, sepekan aku memanti kepastian, namun sore ini sikapnya seakan hubungan kita tetap baik-baik saja.
“Aku yang bayar yah?” Sambil merogoh dompet
“Tidak…sekarang giliranku yang bayar…”
sambil mengeluarkan uang lima puluh dan langsung menyodorkan kekasir.
Suasana makan malam saat itu begitu hening, waktu seakan cepat berlalu tanpa ada omongan pembahasan mengapa dia tega melupakanku selama sepekan.
“Bisa kan anter aku malam ini kemojokerto?” Kalau gak bisa aku naik bus aja. Ujarnya saat kami sudah dalam perjalanan meninggalkan warung.
“Dek…bisa tidak malam ini kamu luangkan waktu bersamaku? Banyak yang perlu kutanyakan kepadamu?” Ucapku penuh harap
“Maaf kak…besok pagi aku harus kerumah mbah…trus siangnya aku ada job ngasih les computer”. Balasnya datar
“Malam ini aja?..aku pengen tahu keberadaan hatimu yang sesungguhnya untuk yang terakhir kali?”
“Gak bisa kak…maaf aku harus pulang cepat!!. Besok-sesok kan masih ada waktu”. Nadanya mulai meniinggi
“kamu kenapa dek? Tolong bilang apa yang terjadi, ada apa?apa sudah saatnya saya melupakanmu?” Aku beruasaha mengatur nada bicaraku.
“Gak ada apa-apa!! Aneh dech…”
“Ples…luangkan waktu untuk kita ngobrol malam ini dek.”
“Udah ah…tolong perhatikan jalan didepan, pokoknya aku gak bisa, malam ini aku mau istirahat..”
Sepanjang perjalanan, aku terus memohon, dan berharap keinginanku dapat terpenuhi, banyak pertanyaan yang sudah tersimpan diotakku dan malam ini harus aku tahu jawabannya. Namun kekerasaan hatinya membuatku untuk kesekian kali kuharus mengalah mengikuti inginnya.
Satu jam roda motor telah berputar, tak terasa kamipun telah berada didepan sebuah rumah bercat putih, tenang dan sunyi…menggambarkan orang-orang didalam rumah telah terlelap. Namun bagiku malam ini saatnya aku bangun dari tidur lelapku, bangun dari mimpi-mimpi untuk suatu harapan dapat hidup dengannya. Bangun dari kenyataan bahwa kubukanlah yang terabaik untuknya. Ada seorang lelaki yang telah lama menjadi tambatan hatinya yang sudah dapat membahagiakannya. Yah..terkadang hasil dari urusan mengejar dunia lebih dapat dipercaya menciptakan kebahagiaan hidup.