Hidup di perantauan memunculkan kebutuhan untuk membentuk komunitas dan melestarikan kegiatan di kampung halaman. Di Malang, sekelompok mahasiswa asal Makassar mengobati kerinduan dengan “tunu bale party”
Hamka Rasufit adalah seorang mahasiswa baru yang memilih Malang sebagai tujuan belajar. Alasannya, suasana kota Malang mendukung dirinya untuk belajar lebih serius “Saya telah melakukan survai ke berbagai daerah di Indonesia, saya tertarik dengan kehidupan di Malang, hawa yang dingin dan julukan Malang sebagai kota pendidikan, saya yakin di Malang saya bisa mendapatkan ilmu yang sesuai keinginan saya” tutur Hamka yang baru lulus ujian masuk jurusan informatika di sebuah universitas.
Lain halnya dengan Adhy Putra, mahasiswa semester akhir asal Bulukumba yang sedang menggarap skiripsinya mengatakan “Saya merasa betah kuliah di Malang, selama kuliah saya merasakan ketenangan belajar, urusan organisasi dan urusan kuliah dapat saling mendukung untuk pendalaman studi saya, kerusuhan mahasiswa yang sering muncul di media–media hampir tak pernah terdengar di Malang, mungkin karena hawa yang sejuk, sehingga tidak cepat-ki emosi. Satu hal lagi, murah-murah makanan disini” ujarnya sambil tersenyum.
Begitulah penuturan dua mahasiswa asal Sulsel yang sedang kuliah di Malang. Namun, terlepas dari idealnya kondisi kota Malang sebagai tempat belajar, sebagai perantau tentu Hamka dan Adhy kangen pada kampung halaman di waktu-waktu tertentu. Nah, untuk mengobatinya, jawaban mahasiswa Sulsel di Malang adalah: Tunu Bale Party. Tunu Bale adalah bahasa Bugis yang berarti “Ikan Bakar”.
Tunu Bale Party sudah menjadi tradisi mahasiswa asaL Sul-Sel yang tinggal di Malang. Orang Sulsel terkenal gemar makan ikan, karenanya hampir setiap malam minggu mahasiswa di kota ini menggelar Tunu Bale Party. Mereka akan berkumpul di salah satu tempat kos atau kontrakan rumah seorang mahasiswa. Biasanya pemilihan tempat sesuai kesepakatan seusai acara pada tunu bale party malam minggu sebelumnya atau bila tidak ada kesepakatan, mereka akan saling menghubungi teman yang lain untuk datang bila acara ini akan digelar. Berbekal uang yang dikumpulkan dari setiap peserta acara, mereka membeli ikan sesuai kesepakatan. Umumnya pilihan akan jatuh pada ikan bolu (bandeng). Ya, di Malang tak banyak pilihan ikan seperti halnya di Makassar.
Tunu Bale Party dimulai pada jam 10 malam, saat segala aktivitas malam Minggu telah selesai. Mahasiswa yang biasanya meluangkan waktu bermalam minggu dengan jalan-jalan keliling kota Malang, tepat jam 10.00 akan segera menuju tempat acara dilaksanakan. Mereka akan berkumpul dan membagi tugas setelah uang terkumpul.
Pembagian tugas berlangsung cepat, biasanya 2 orang ditugaskan untuk membeli ikan dan 5 orang yang menyiapkan tungku pembakaran. Segala urusan kerjaan di luar ruangan akan ditangani laki-laki seperti membeli ikan dan membakarnya namun rekan mahasiswi yang biasanya mendapat tugas di dapur untuk membersihkan ikan dan memasak nasi, juga mendapat bantuan dari teman-teman pria lainnya.
Sambil membakar ikan, mereka berkumpul sambil bernyanyi diiringi petikan gitar dan bunyi-bunyian instrumen dadakan seperti galon air mineral yang dijadikan gendang, kardus bekas mi instan bahkan botol kacapun kadang terlibat untuk menambah alunan musik jadi meriah. Lagu yang mereka bawakan berbagai macam dan diselang-selingi antara lagu Bugis, Makassar, dangdut atau lagu yang yang belakangan lagi hits. Acara bakar ikan ini mempererat tali silaturrahmi antarmahasiswa Sul-Sel yang menuntut ilmu di Malang. Mahasiswa yang baru datang akan sangat tertolong untuk mengakrabkan diri dan merasa kehadiran mereka langsung diterima, seakan berada di tengah keluarga sendiri.
“Acara ini merupakan tempat bagi kami untuk saling lebih mengenal dan mengobati kerinduan pada kampung halaman dan pada keluarga. Ikatan emosional kami yang satu daerah jelas terlihat, saling canda atau saling calla-calla membuat Tunu Bale Party selalu meriah,” ujar salah seorang mahasiswa.
Acara tunu bale inipun kadang dilaksanakan di hari lain seperti pada saat salah satu dari mahasiwa Sulsel merayakan hari ulang tahun, malahan pada acara ini akan lebih meriah. Di samping biayanya ditanggung yang berulang tahun, di akhir acara makan ikan bersama akan ada acara ekstra seperti menyiram air bekas cucian ikan kepada yang sedang berulang tahun atau hasil arang pembakaran ikan akan jadi bedak gratis untuknya!
Nah, bagi yang tahan begadang, selepas melahap ikan bakar mereka tidak segera beranjak. Ada acara main domeng alias main gaplek. Ini dilakukan sampai subuh. Nantilah selepas salat subuh, para peserta tunu bale party ini beranjak pulang ke tempat kos
Hamka Rasufit adalah seorang mahasiswa baru yang memilih Malang sebagai tujuan belajar. Alasannya, suasana kota Malang mendukung dirinya untuk belajar lebih serius “Saya telah melakukan survai ke berbagai daerah di Indonesia, saya tertarik dengan kehidupan di Malang, hawa yang dingin dan julukan Malang sebagai kota pendidikan, saya yakin di Malang saya bisa mendapatkan ilmu yang sesuai keinginan saya” tutur Hamka yang baru lulus ujian masuk jurusan informatika di sebuah universitas.
Lain halnya dengan Adhy Putra, mahasiswa semester akhir asal Bulukumba yang sedang menggarap skiripsinya mengatakan “Saya merasa betah kuliah di Malang, selama kuliah saya merasakan ketenangan belajar, urusan organisasi dan urusan kuliah dapat saling mendukung untuk pendalaman studi saya, kerusuhan mahasiswa yang sering muncul di media–media hampir tak pernah terdengar di Malang, mungkin karena hawa yang sejuk, sehingga tidak cepat-ki emosi. Satu hal lagi, murah-murah makanan disini” ujarnya sambil tersenyum.
Begitulah penuturan dua mahasiswa asal Sulsel yang sedang kuliah di Malang. Namun, terlepas dari idealnya kondisi kota Malang sebagai tempat belajar, sebagai perantau tentu Hamka dan Adhy kangen pada kampung halaman di waktu-waktu tertentu. Nah, untuk mengobatinya, jawaban mahasiswa Sulsel di Malang adalah: Tunu Bale Party. Tunu Bale adalah bahasa Bugis yang berarti “Ikan Bakar”.
Tunu Bale Party sudah menjadi tradisi mahasiswa asaL Sul-Sel yang tinggal di Malang. Orang Sulsel terkenal gemar makan ikan, karenanya hampir setiap malam minggu mahasiswa di kota ini menggelar Tunu Bale Party. Mereka akan berkumpul di salah satu tempat kos atau kontrakan rumah seorang mahasiswa. Biasanya pemilihan tempat sesuai kesepakatan seusai acara pada tunu bale party malam minggu sebelumnya atau bila tidak ada kesepakatan, mereka akan saling menghubungi teman yang lain untuk datang bila acara ini akan digelar. Berbekal uang yang dikumpulkan dari setiap peserta acara, mereka membeli ikan sesuai kesepakatan. Umumnya pilihan akan jatuh pada ikan bolu (bandeng). Ya, di Malang tak banyak pilihan ikan seperti halnya di Makassar.
Tunu Bale Party dimulai pada jam 10 malam, saat segala aktivitas malam Minggu telah selesai. Mahasiswa yang biasanya meluangkan waktu bermalam minggu dengan jalan-jalan keliling kota Malang, tepat jam 10.00 akan segera menuju tempat acara dilaksanakan. Mereka akan berkumpul dan membagi tugas setelah uang terkumpul.
Pembagian tugas berlangsung cepat, biasanya 2 orang ditugaskan untuk membeli ikan dan 5 orang yang menyiapkan tungku pembakaran. Segala urusan kerjaan di luar ruangan akan ditangani laki-laki seperti membeli ikan dan membakarnya namun rekan mahasiswi yang biasanya mendapat tugas di dapur untuk membersihkan ikan dan memasak nasi, juga mendapat bantuan dari teman-teman pria lainnya.
Sambil membakar ikan, mereka berkumpul sambil bernyanyi diiringi petikan gitar dan bunyi-bunyian instrumen dadakan seperti galon air mineral yang dijadikan gendang, kardus bekas mi instan bahkan botol kacapun kadang terlibat untuk menambah alunan musik jadi meriah. Lagu yang mereka bawakan berbagai macam dan diselang-selingi antara lagu Bugis, Makassar, dangdut atau lagu yang yang belakangan lagi hits. Acara bakar ikan ini mempererat tali silaturrahmi antarmahasiswa Sul-Sel yang menuntut ilmu di Malang. Mahasiswa yang baru datang akan sangat tertolong untuk mengakrabkan diri dan merasa kehadiran mereka langsung diterima, seakan berada di tengah keluarga sendiri.
“Acara ini merupakan tempat bagi kami untuk saling lebih mengenal dan mengobati kerinduan pada kampung halaman dan pada keluarga. Ikatan emosional kami yang satu daerah jelas terlihat, saling canda atau saling calla-calla membuat Tunu Bale Party selalu meriah,” ujar salah seorang mahasiswa.
Acara tunu bale inipun kadang dilaksanakan di hari lain seperti pada saat salah satu dari mahasiwa Sulsel merayakan hari ulang tahun, malahan pada acara ini akan lebih meriah. Di samping biayanya ditanggung yang berulang tahun, di akhir acara makan ikan bersama akan ada acara ekstra seperti menyiram air bekas cucian ikan kepada yang sedang berulang tahun atau hasil arang pembakaran ikan akan jadi bedak gratis untuknya!
Nah, bagi yang tahan begadang, selepas melahap ikan bakar mereka tidak segera beranjak. Ada acara main domeng alias main gaplek. Ini dilakukan sampai subuh. Nantilah selepas salat subuh, para peserta tunu bale party ini beranjak pulang ke tempat kos